CATATAN HATI SAAT PANDEMI


Bismillahirrahmanirrahiim…

Dalam hidup, akan ada hal yang terjadi tak sesuai rencana yang sudah kita susun rapi. Sedih? Iya, sedih. Tak apa untuk sementara sedih. Setelah itu waktunya untuk mengulik lagi. Karena tentu ada rencana yang lebih baik dari Sutradara (Allah) pemilik langit dan bumi. Coba saja lihat sekeliling saat ini, siapa yang menginginkan keadaan seperti ini? Wabah covid mengubah hampir semua rencana penduduk bumi. Pelajar tak pergi ke sekolah,
pekerja bergantian ke kantor atau bahkan tak pergi sama sekali, tempat wisata tutup, tempat belanja tak dibuka seperti biasa, dan rumah ibadah yang tak selalu ramai itu makin sepi saja. Lalu apa rencana Allah atas ini semua? Masing-masing kita tentu punya jawabannya.

Aku tau, akhir-akhir ini begitu banyak berita, tulisan, foto, dan video tentang kondisi anak negeri yang beredar di media sosial. Tentang lelahnya mereka yang berada di garda terdepan, banyaknya pekerja yang harus dirumahkan dan di PHK tanpa pesangon, tentang sulitnya para pedagang yang semenjak covid kehilangan pelanggan, penyedia jasa transportasi yang semakin hari semakin sepi saja yang penumpang, keluarga pra sejahtera semakin sulit memenuhi kebutuhan pangan, dan bagian terpahit dari itu semua, kasus kejahatan meningkat drastis. Berbuat atas nama cinta pada keluarga agar tak kelaparan. Adakah yang paling pantas untuk disalahkan? Miris bukan? Seolah bumi ini tak dikendalikan sehingga saat ini terlihat berantakan. Demi Allah aku katakan, tidak begitu, sungguh. Justru ini adalah skenario terbaik dari Allah untuk kita. Apa? Masing-masing kita akan mendapat jawabannya.

Dari semua kesedihan dan kepedihan yang terjadi di beberapa minggu kebelakang, ada hal yang begitu mengharukan yang semoga saja terus bisa kita semua saksikan. kata semoga aku tingkatkan, semoga kita adalah bagian dari orang-orang yang semaksimalnya melakukan kebaikan, agar membaik keadaan. Tak kalah banyak berita, tulisan, foto, dan video tentang solidnya para tenaga medis yang saling menghibur dan mendukung disela-sela istirahatnya, betapa menghangatkannya melihat para dermawan yang begitu peduli terhadap sesama, sungguh melegakan melihat senyuman mereka yang menerima. Dan bagian terbaik dari itu semua, indah sekali persaudaraan kita. Tak pandang suku dan budaya, agama dan usia. Semua terlihat begitu antusias untuk saling mentransfer rasa; bahagia. Bagaimana? Pelan-pelan mulai mendapat jawaban atas pertanyaan mengapa corona melanda negeri kita? Semoga saja.

Banyak harapan ketika di akhir bulan Sya’ban, Ramadan datang corona hilang. Itu harapan yang paling sering terbaca di status teman-teman. Tapi sepertinya Allah ingin kita memetik hikmah lebih banyak, merenung lebih dalam. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin banyak dilakukan di banyak daerah, kemudian diperpanjang hingga menjelang lebaran. Berita yang kurang menyenangkan bukan? Iya, mungkin terdengar menyedihkan. Ramadan tahun ini tak seperti tahun-tahun lalu. Tarawih tak dilakukan di Masjid dan Musholla, tak ada bukber yang biasa menjadi ajang reuni teman-teman sekolah, tak ada ngabuburit menanti waktu buka, juga tak ada izin I’tikaf di Masjid di sepuluh malam terakhir. Hal yang tak kalah menyesakkan bagi para perantau khususnya, tak ada mudik tahun ini.

Iya, Ramadan tahun ini harus kita lalui dengan suasana yang berbeda. Ramadan tahun ini mungkin menjadi salah satu Ramadan dengan imam sholat tarawih terbanyak, mungkin setiap rumah melakukannya. Setiap ayah berdiri paling depan dengan bacaan sholat dan lantunan ayat-ayat Allah yang menenangkan. Begitu hikmat mengangkat tangan memperpanjang do’a. Mencium tangan dan kening setelah selesai berjamaah. Saling menyimak bacaan tilawah. Mungkin seperti di rumahku, ada bagian dimana adik-adik dan aku saling rebutan sajadah yang paling terlihat indah. Hahaha. Setiap keluarga berbincang lebih hangat dan lebih panjang karena waktu buka dan sahur selalu dihabiskan di rumah saja. Semakin mengenal keluarga satu sama lain, lebih dan kurangnya. Semakin sering belajar untuk saling menerima. Dan dengan tangan yang siap memeluk erat aku katakan untuk perantau yang belum bisa mudik tahun ini; Betapa beratnya setiap hari memupuk rindu, semakin lama semakin subur saja, berharap segera berbuah temu. Hei, dengan jarak yang jauh dari keluarga dalam waktu lama, semoga nanti semakin bisa menghargai saat bersama. Betapa keluarga adalah rumah yang paling menghangatkan untuk pulang. Begitu keadaan ini menyadarkan bukan? Semoga selalu disabarkan.

Hal terakhir yang terlahir dari hati karena adanya pandemi ini, ucapan terima kasih. Terima kasih karena atas hadirmu, aku semakin belajar sabar untuk semua yang terjadi. Luka, duka, sedih, perih, pedih takkan abadi. Terima kasih atas hadirmu, aku semakin sadar betapa sehat itu salah satu nikmat yang mahal. Terima kasih, aku bersyukur atas hadirmu di Ramadan tahun ini. Ramadan yang tak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi semoga ini menjadi salah satu Ramadan terindah dari yang sudah pernah ada. Aku, sahur di rumah, berbuka bersama, tarawih berjamaah, bersama, di rumah; keluarga. #AlarmHati

Anggar A. Thahirah
#Andarly Airi
07 Mei 2022

Komentar

Postingan Populer